Perhitungan Volume Galian dengan ArcGIS dan Global Mapper
- 19.46.00
- By Erick
- 0 Comments
Surveyor yang sudah punya pengalaman di lapangan, biasanya diarahkan untuk sebagai survey data processing untuk pengolahan selanjutkan ke perhitungan volume, perhitungan cadangan, desain jalan, dan malah banyak pula yang merangkap ke mine plan, untuk menghitung kapasitas alat untuk menghitung target bulanan atau ke design tambang untuk merencanakan bentuk tambang, kemana arah jalan, berapa jumlah bench yang di perlukan, sudut kemiringan design tambang agar tidak terjadi longsoran, dan menentukan berapa kapasitas tanah penutup (overburden & interburden).
Ada pun jenis-jenis pekerjaan lain yang dilakukan oleh surveyor pertambangan adalah :
- Juru ukur tambang bertanggung jawab untuk menunjuk atau menentukan arah dan batas-batas yang akan digali sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
- Juru ukur harus segera melapor kepada petugas yang bertanggung jawab atas pekerjaan penggalian apabila mendekati (tidak kurang 50meter) dari tempat- tempat yang mempunyai potensi bahaya seperti kantong-kantong air, gas-gas berbahaya, semburan batu (rock burst), dan permukaan tanah atau penyangga- penyangga yang dapat membahayakan penggalian tersebut.
- Sedapat mungkin mengambil langkah-langkah untuk membuat ketepatan dari setiap peta-peta, gambar-gambar atas peta penampang yang belum dibuat olehnya atau yang dibawah pengawasannya.
- Harus melaporkan kepada Kepala Teknik Tambang, apabila ada keragu- raguan akan ketepatan dari setiap peta, gambar-gambar atau peta penampang dari tambang yang tidak dapat dibuat oleh atau di bawah pengawas juru ukur tambang, yang mungkin menimbulkan dampaak terhadap pekerjaan dan kegiatan tambang atau keselamatan orang-orang ditambang.
- Mengecek kapakah daerah tersebut sudah memiliki peta topografi. Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting.
- Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
- Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).
- Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
Kegiatan survey di tambang tidak juga terlepas dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, baik kesalahan random-kesalahan sistematis-dan kesalahan human error. Kesalahan ini bisa saja terjadi saat tahap ekplorasi, pengukuran topografi dan pengukuran untuk pembuatan model cadangan material, atau pada tahap Eksploitasi -Pemasangan design tambang dan pengukuran topografi progress tambang. Kesalahan dalam kegiatan survey dan pemetaan tidak hanya terjadi pada proses pengukuran lapangan saja, dapat juga terjadi pada proses prosesing data-penggunaan system koordinat dan transformasinya, penyajian data dalam bentuk peta. Kesalahan survey dalam penambangan berarti akan menyajikan data dan gambaran/peta yang salah, akibat kesalahan ini akan merambat pada kesalahan- kesalahan aplikasi penambangan yang antara lain:
- Kesalahan data-data survey dalam kegiatan eksplorasi untuk penentuan titik lokas pengeboran dan study outcrop akan menyebabkan kesalahan dalam membuat model cadangan material tambang serat kesalahan dalam menentukan besaran cadangan terkira dan terukur suatu tambang. Kesalahan ini akan menyebabkan analisa dalam studi kelayakan tambang, analisa ekomoni tambang, analisis umur tambang (mine life).
- Kesalahan dalam pembuatan model cadangan bahan tambang akan mengakibatkan kesalahan pada kesalahan pembuatan design dan kesalahan pada penentuan metode penambangan dan penggunaan alat penambangan.
- Kesalahan dalam melakukan pengukuran topografi original atau topografi progress tambang akan mengganggu proses penyaliran tambang- drainase tambang- sehingga akanmenganggu proses produksi dari aspek sequence tambang. terganggunya proses penyaliran tambang juga akan menganggu kestabilan lereng.
- Kesalahan kegiatan survey dalam mendukung kegiatan Peledakan- Blasting- (pengukuran space-boder dan depth) memungkinkan terjadi hasil produktifitas blasting yang buruk, terjadinya airblast dan undulasi permukaan tambang karena kedalaman lubang tembak yang tidak rata)
- Kegiatan survey pada pemasangan Guideline di kegiatan penambangan underground yang salah, selain mengakibatkan kemungkinan tidak tercapainya target produksi juga akan menyebabkan kegiatan penambangan mengarah pada area-area yang mungkin berbahaya- seperti jebakan gas metana dll.
- Kesalahan pada pembuatan model akan mengakibatkan kesalahan dalam perencanaan tambang (desing tambang) dan produksi penambangan sehingga cadangan/material yang tidak ikut dimodelkan akan tertinggal atau tidak didapat diambil seluruhnya.
- Kesalahan dalam pengukuran pemasangan design tambang oleh survey akan meyebabkan salahnya penggalian yang berdampak pada :
- Volume galian rencana tidak sama dengan aktual sehingga cost dari penambanga akan bertambah. (diluar SR atau Cut off yang direncanakan)
- Terganggunya Stabilitas/kemantapan lereng karena perubahan geometri lereng dan terganggunya lapisan batuan yang mendukung kestabilam lereng
- Pengambilan material tambang yang salah sehingga kualitas material tambang tidak sesuai dengan perencanaan.
- Pemasangan design ramp/jalan yang salah akan mengakibatkan munculnya potensi resiko kecelakaan.
Demikian sekilas aspek-aspek yang mungkin terjadi pada kegiatan penambangan akibat dari kegiatan survey dan pemetaan yang salah, tulisan ini semoga bisa menyadarkan kita bahwa, walaupun survey tambang adalah kegiatan survey geodesi rendah dan cukup sederhana, namun seyogyanya dilakukan dengan kaidah survey dan pemetaan yang benar, terlepas dari asumsi bahwa kegiatan survey di tambang adalah bersifat Support dan service Tambang survei cabang ilmu pengetahuan dan teknologi pertambangan. Ini mencakup semua pengukuran, perhitungan dan pemetaan yang melayani tujuan memastikan dan mendokumentasikan informasi pada semua tahap dari prospeksi dengan deposito eksploitasi dan mineral KEDUA oleh Memanfaatkan permukaan dan bekerja di bawah tanah.
1. Mengikuti Apakah Kegiatan Pokok Tambang survei:
2. Penafsiran geologi deposit mineral dalam kaitannya dengan Pemanfaatan dari padanya Ekonomi
3. Penyelidikan dan negosiasi hak penambangan mineral
4. Membuat dan merekam, dan Perhitungan saya survei pengukuran
5. Pertambangan Kartografi
Untuk menghitung volume permukaan , peta dibuat berdasarkan masukan data raster surface, menampilkan daerah permukaan dan volume dari material yang telah dimodifikasi dengan penambahan atau pemindahan permukaan material.
Data data yang diperlukan yaitu:
Data Raster ( DEM. Etc) Topografi (Disposal / Open Pit)
Buka ArcGis lalu pilih progam Arcmap > klik Blank Map
Aktifkan Extension 3D Analysis dan Spatial Analysis dengan cara klik Toolbar Customize lalu pilih Extensions dan checlist.
Jika kedua ekstensi sudah di checklist maka akan muncul 3D Analysis dan Spatial Analysis pada toolbox
1.
Klik Dropdown menu 3D Spatial Analyst Tools >> Surface
1. Atau dengan cara klik Searh >> Ketik Volume
Lalu klik Surface Volume >> input data raster yang akan anda hitung volumenya. Disini saya akan menggunakan contoh timbunan Disposal.
Pada kolom di atas,
Input Surface >> Data DEM/ Raster yang akan dihitung volume nya
Output text file >> Hasil pembacaan dari perhitungan (dalam bentuk .txt)
Reference Plane >> Titik pembacaan arah perhitungan
Plane Height >> Titik elevasi terendah/ tertinggi sesuai arah perhitungan
Z Factor >> Z factor Anda dalam satuan feet, sementara unit koordinat x,y Anda dalam meter, maka isikan Z factor nilai 0.3048
Lalu klik OK.
Berikut Hasil perhitungan volume dengan ArcGIS
Berikut adalah GROUND WATER FLOW MODELS USED WITH CIRCULAR FAILURE ANALYSIS CHARTS yang berguna untuk menganalisa Faktor Keamanan lereng dalam metode Hoek-Bray
Berikut tahapan cara menggunakan Add-in Toolbox Convert GPSFile to SHP yang bisa digunakan untuk melakukan konversi GPX to SHP dan KML to SHP.
- Download gratis Add-in Toolbox Convert GPSFile to SHP DISINI.
- Extract di directory yang mudah di kenali, atau buat folder baru misalnya kml2shp.
- Buka ArcMap, tambahkan Convert GPSFile to SHP ke dalam Toolbox dengan cara:
- Klik kanan pada ruang kosong di Toolbox, pilih Add Toolbox
- Browse ke directory tempat Anda meng-ekstrak Add-in Toolbox Convert GPSFile to SHP, temukan fileGPSFile_to_SHP.tbx. Klik OK, maka Anda akan mendapati Toolbox baru dengan nama Convert GPSFile to SHP.
- Kini Anda siap untuk melakukan konversi dari GPX to SHP atau KML to SHP di ArcGIS 10. Double click salah satu script (sesuai kebutuhan Anda) Convert GPX to SHP atau Convert KML to SHP , maka akan muncul form isian untuk menentukan input file yang akan di konversi, menentukan Feature Type-nya (point / polyline / polygon), serta menentukan output file-nya. Klik OK jika isian Anda sudah sesuai.
Catatan penting untuk Add-in Toolbox Convert GPSFile to SHP ini :
- File hasil konversi selalu memiliki sistem proyeksi geographic.
- Tidak bisa meng-konversi KMZ file. Anda harus extract KMZ to KML terlebih dahulu, bisa menggunakan software 7ZIP atau yang lain. Biasanya menghasilkan file dengan nama doc.kml
- Script tidak bisa konversi KML yang dihasilkan oleh Google Maps, walaupun sudah di save ulang di Google Earth. Anda harus digitasi ulang KML dari Google Maps di Google Earth untuk bisa meng-konversi menggunakan tool ini.
- Tool ini masih bisa digunakan di ArcGIS 9.3 / 9.3.1
Berikut adalah tahapan membangun geodatabase di ArcGIS 10 :
- Membuat Geodatabase.
Buka ArcCatalog kemudian pada klik kanan pada folder yang telah kita tentukan pilih New–> File Geodatabase atau Personal Database.
Maka akan tampil New File Geodatabase
Rename geodatabase tersebut sesuai nama yang Anda inginkan. Pada tutorial ini saya memberi nama geodatabase dengan nama Ternate, karena saya akan mencoba membuat geodatabase untuk Pulau Ternate.
Langkah selanjutnya membuat feature dataset pada geodatabase yang telah dibuat sebelumnya (Ternate.gdb) klik kanan –> New –> Feature Dataset. Isi nama feature dataset tersebut serta tentukan sistem koordinatnya.
Untuk Z coordinate system, pilih None kecuali Anda ingin membuat peta 3D dengan geodatabase, sementara X Y tolerance untuk default saja.
Setelah feature dataset selesai dibuat, selanjutnya mulai membuat feature class berupa point, polyline, dan polygon. Klik kanan pada Feature Dataset –> New –> Feature Class.
Isikan nama dan alias serta pilih jenis feature (point, polyline atau polygon). Jika output peta atau data yang Anda inginkan berupa peta 3D dan rute atau Anda akan menganalisa menggunakan network analysis, maka centang M values dan Z values seperti pada gambar ditunjukkan dengan tanda kotak merah di atas.
Untuk membuat feature class yang lain, lakukan tahapan seperti yang ditunjukkan diatas. Dengan cara yang sama saat digitasi pada shapefile. Klik Editor –> Start Editing, Anda bisa memulai digitasi seperti contoh gambar dibawah.
- Import feature class kedalam Geodatabase
Selain membuat feature class Anda juga bisa melakukan import feature class baik berupa shapefile, tabel atau lainnya kedalam geodatabase.
Saya contohkan membuat geodatabase baru dengan nama “Infrastruktur.gdb” dan menambahkan data yang akan di import.
Sengaja saya membuat geodatabase baru untuk memperlihatkan apakah geodatabase bisa memiliki feature dataset jika data yang kita kelola sedikit dan tidak memerlukan pengelompokan populasi data.
Pada geodatabase (infrastruktur.gdb) klik kanan –> Import –> Feature Class Multiple (jika data yang anda ingin import lebih dari satu).
Klik open data dan pilih data yang Anda ingin import kedalam geodatabase kemudian klik OK dan tunggu proses selesai.
Selain cara di atas ada cara lain untuk mengimport feature class (shapefile) kedalam geodatabase.Klik kanan pada shapefile yang akan kita eksport kedalam Geodatabase –>Data –> Export Data.
Sumber: ir1gisplan.wordpress.com inigis.com
Corner ruler (atau nama lainnya adalah Roamers) adalah alat bantu untuk mengetahui koordinat titik pada lembar peta.
Langkah-langkah dalam penggunaan corner ruler itu sendiri ialah:
1. Tempelkan titik di peta dengan titik nol (0) pada corner ruler. Pastikan penempatan corner ruler pada karvak tadi dari angka yang lebih kecil ke angka yang lebih besar.
Gambar, 4 Penggunaan corner ruler
1. Lihat garis pada corner ruler yang berimpit dengan karvak.
2. Baca angkanya.
(*) Terlihat koordinat adalah (S 030 29’ 20” dan T 1140 46’ 10”)
Yang perlu diperhatikan pada saat pembacaan koordinat serta penggunaan corner ruler tersebut adalah nilai angka yang tertera pada peta itu sendiri. (nilai Selatan dan Timur).
Pembacaan kordinat peta disini mengacu pada peta apa yang ingin kita pakai bersama GPS. Peta secara global menggunakan koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) dan latitude dan longitude (lat/lon).
Untuk dapat membaca koordinat peta, peta tersebut harus lengkap beserta penomoran angka koordinat pada karvak peta.
Karvak ialah kotak bujur sangkar hasil pemotongan garis-garis khayal vertikal dan horizontal yang membagi medan pada peta.
Pembacaan kordinat yang akan dijelaskan yaitu:
1. UTM
2. Latitudedan Longitude (Lat/Lon)
1.1 kordinat UTM
Koordinat yang menggunakan satu satuan jarak (meter) dalam pembacaannya, serta sistem yang menggunakan zona-zona. Ada 60 zona di dunia dalam koordinat UTM tersebut, untuk Kalimantan Selatan kena zona 50M.
Sistem Grid UTM Global
Pembacaan koordinat UTM adalah dengan cara melihat angka pada koordinat mT (sumbu X) dan mU (sumbu Y) pada bagian samping dan bagian atas peta , dengan menghubungkan koordinat mT dan mU maka akan didapat suatu koordinat keberadaan titik (lokasi).
1.2 Latitudedan longitude
Koordinat bujur dan lintang dalam bahasa ingrisnya yaitu latitude dan longitude (lat/lon) atau geografis. Koordinat Lat/lon menggunakan sistem lintang dan bujur dengan satuan derajat, menit dan detik.
- kordinat lintang nol derajat (utama) yaitu garis ekuator/khatulistiwa, garis ini kena kota pontianak.
- Kordinat bujur nol deajat (utama)yaitu garis yang tepat kena kota greenwich inggris.
Pertemuan garis ini atau kordinat nol nol derajat berada di laut pasifik.
Selain format posisi koordinat (UTM/GEOGRAFIS) tadi, hal yang penting lainnya adalah tentang DATUM peta. Karena jika datum peta berbeda maka koordinat juga akan berbeda walaupun kita berdiri di tempat yang sama. Dalam penjelasan beberapa dosen ataupun praktisi mungkin sedikit susah dipahami bila kita tidak punya dasar ilmu geografi. Datum itu sendiri hanya referensi permukaan yaitu parameter acuan untuk mendefinisikan geometri ellipsoid bumi, jadi sederhanya kita analogikan saja DATUM itu adalah ACUAN jadi jika acuan yang kita pakai beda maka koordinat juga akan beda.
Catatan: BAKOSURTANAL menggunakan datum WGS 84.
Penjelasan di atas akan berhubungan dengan penggunaan GPS kita, Jika peta kita dibuat oleh BAKOSURTANAL maka SETTING yang harus dilakukan adalah DATUM PETA (WGS 84) FORMAT POSISI (GEOGRAFIS atau UTM).
Peta adalah bayangan rupa bumi yang digambarkan di bidang datar (bidang gambar) yang dapat dipertanggung jawabkan secara matematis atau dengan kata lain mempunyai skala tertentu. Peta tanpa skala akan mengurangi arti dan fungsinya atau bahkan tidak berguna. Skala peta menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta skala besar lebih teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil.
Jenis-jenis peta bisa dikelompokkan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.
Pengelompokan peta berdasarkan isinya: seperti, Peta Hidrografi (Peta Bathymetri), Peta Geologi, Peta Kadaster (peta kepemilikan tanah), Peta Irigasi (jaringan saluran air) dan lain-lain.
Pengelompokan peta berdasarkan skalanya yaitu:
1. peta skala besar (1 : 10.000 atau lebih besar)
2. peta skala sedang (1 : 10.000 Sampai 1 : 100.000)
3. peta skala kecil (lebih dari 1 : 100.000).
Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan yaitu:
1. Peta Dasar, digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta Tematik, dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu.
2. Peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur asli dan buatan manusia di atas permukaan bumi. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal maupun diidentifikasi dan pada umumnya untuk memperlihatkan keadaan yang sesungguhnya.
Pengertian lain mengenai peta topografi ada dua, yaitu:
a. Peta yang menggambarkan relief permukaan bumi beserta bangunan alami maupun buatan manusia yang ada di atasnya.
b. Peta yang menggambarkan relief/sifat permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur.
Peta merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa bumi dengan penyajian pada skala tertentu. Untuk memudahkan pengelolaan dan pencarian, dibuat indeks peta dalam bentuk teks atau grafis. Gambar unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak selalu dapat disajikan sesuai ukurannya karena terlalu kecil untuk digambarkan. Bila unsur itu dianggap penting untuk disajikan, maka penyajiannya menggunakan simbol gambar tertentu.
Suatu peta bernilai informasi tinggi jika di dalamnya memuat unsur-unsur, di antaranya adalah:
- skala peta
- informasi ketinggian (kontur)
- informasi arah (biasanya utara peta)
- koordinat
- legenda
- indeks peta dan unsur-unsur lain yang dipandang perlu.
GIS Dalam bahasa Indonesia adalah system informasi geografis (S I G) adalah suatu system informasi kegeografisan yang berbasis komputerisasi yang di gunakan untuk mengolah, menganalisa dan menyimpan suatu data geografis.
GIS itu sendiri pada awalnya tercetus karena proses pembuatan peta dan outputnya, jaman dulu peta di olah secara manual, analisa juga manual dan outputnya berupa hardcopy. Seiring berkembangnya teknologi maka tercetuslah suatu system pembuatan peta dan output yang dialakukan secara komputerisasi yang lebih cepat, murah dan efisien.
GIS saling terintegrasi antara beberapa komponen yaitu:
1. Hardware (Komputer)
2. Software (mapsource, global mapper, arcview, arcgis dll)
3. Data (data GPS, data Google earth dll)
4. Manusia (operator /teknisi)
5. Metode (cara/teknik pengambilan data/ketentuan standar dll)
Penjelasan
1. Hardware, Spesifikasi peralatan komputer, spek computer yang diperlukan tergatung pada jenis software yang di pakai, biasanya paling minimum pentium 4 ram 2 giga, akan lebih bagus lagi apabila ada tambahan video card
2. Software, yaitu suatu suatu program yang mendukung dalam GIS dan pada umumnya software yang digunakan tidak hanya satu, alasanya hanya untuk mempermudah dalam pengerjaan project GIS. Menurut pengalaman penulis yang menggunakan beberapa software yang digunakan ada kekurangan dan kelebihan pada beberapa software sehingga saat melakukan project GIS semua software itu di gunakan, selain alasan kemudahan juga.
Menurut penulis beberapa software itu dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu, Software transfer, software converter dan software pengolahan.
a. Software Transfer (Mapsource, Basecamp)
Mapsource digunakan untuk mentransfer data GPS untuk type 60 dan 76 kebawah sedangkan Basecamp digunakan untuk mentransfer data GPS untuk type 62 dan 78 serta sejenisnya. (software Transfer untuk GPS diangkat karena sesuai dengan studi kasus lapangan kita nanti)
b. Software converter (Global Mapper)
Karena ada keterbatasan software GIS dalam mebaca data maka perlu ada converter data sehingga mampu di baca software. Untuk Global Mapper hampir semua file data GIS mampu di bacanya dan mentrasfernya ke format apapun.
c. Software pengolahan
Adapun software-software yang bisa digunakan untuk mengolah data diantaranya: Arcview, Autocad, mapinfo, arcgis, Quantum Gis dll
3. Data, Umumnya Pada GIS data itu berupa data vector, data atribut dan data raster.
a. Data Vektor
1. Point (titik)
2. Line (garis)
3. Area
b. Data Atribut
Data keterangan atau data penjelasan, misalnya data garis atributnya jalan Ahmad Yani
c. Data Raster
Yaitu data berbentuk image/gambar, misalnya data Foto satellite google earth, data hasil scan peta.
selain data atribut semua data harus bereferensi spasial atau lokasi, sederhanya data tersebut harus memiliki kordinat kebumian.
4. Manusia, GIS sangat tergantung terhadap sumberdaya manusia, yaitu orang yang mengerti GIS dalam pengoperasian teknologinya.
5. Metode, Cara menerapkan teknologi GIS baik dari pengambilan data, pengolahan data bahkan hingga tahap analisa data.